Apa Itu Saham? Panduan Lengkap Saham untuk Pemula (Keuntungan & Risiko)

Daftar Isi

Kenalan dengan Saham: Apa Itu, Untungnya Apa, dan Apa Risikonya?

Cie, sudah lulus dari seri reksadana dan SBN Ritel! Kamu sekarang resmi jadi investor yang paham bahwa "aman" itu penting, seperti menaruh uang di SBN.

Sekarang, mari kita ngobrolin sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang lebih... mendebarkan. Sesuatu yang sering kamu dengar di film-film, bikin orang jadi miliarder, tapi juga sering bikin pusing tujuh keliling.

Kita akan bicara soal SAHAM.

Lupakan dulu semua istilah seram seperti bearish, bullish, IHSG, atau swing trading. Itu semua obrolan level 10. Kita akan mulai dari Level 1, dari pertanyaan paling dasar yang mungkin malu kamu tanyakan: "Sebenarnya, saham itu apa sih?"


Apa Itu Saham? (Penjelasan Paling Santai)

Bayangkan kamu punya teman namanya Budi. Budi jago banget bikin kopi dan buka coffee shop kecil-kecilan yang super ramai. Nama kedainya "Kopi Senja".

Bisnisnya makin besar, Budi butuh modal Rp100 juta untuk buka cabang baru. Sayangnya, Budi cuma punya Rp80 juta. Dia kekurangan Rp20 juta.

Dia datang ke kamu dan bilang, "Bro/Sis, mau nggak jadi partner? Kamu suntik modal Rp20 juta, nanti kamu resmi jadi pemilik 20% dari Kopi Senja. Kalau Kopi Senja untung, kamu juga dapat bagian 20%."

Kamu setuju. Kamu berikan Rp20 juta dan Budi memberimu selembar surat yang menyatakan kamu adalah pemilik 20% Kopi Senja.

Selamat! Selembar surat bukti kepemilikan 20% itulah yang namanya SAHAM.

Jadi, Saham adalah bukti kepemilikan yang sah atas sebuah perusahaan.

Saat kamu membeli saham BBCA (Bank BCA), kamu bukan lagi sekadar nasabah. Kamu secara resmi adalah salah satu pemilik Bank BCA, meskipun porsimu mungkin cuma 0,00001% (seperti sebutir pasir di pantai). Tapi tetap saja, kamu pemilik!

Terus, Untungnya Jadi "Pemilik" Itu Apa?

Ini bagian serunya. Menjadi pemilik perusahaan (sekecil apapun) memberimu hak atas dua jenis keuntungan utama.

1. Keuntungan #1: Capital Gain (Jual di Harga Lebih Mahal)

Mari kembali ke Kopi Senja. Ternyata, cabang baru yang kamu modali itu sukses besar! Kopi Senja jadi viral. Dulu, bisnisnya Budi mungkin cuma bernilai Rp100 juta. Sekarang, setelah punya banyak cabang, nilai perusahaannya melonjak jadi Rp500 juta.

Kamu, yang memegang 20% kepemilikan, berapa nilai sahammu sekarang? Yap, 20% dari Rp500 juta = Rp100 juta.

Padahal, modal awalmu cuma Rp20 juta. Jika kamu memutuskan untuk menjual "surat kepemilikan" 20% itu, kamu akan untung Rp80 juta.

Keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual yang lebih tinggi inilah yang disebut Capital Gain. Ini adalah cara paling umum orang mendapatkan keuntungan besar dari saham.

2. Keuntungan #2: Dividen (Kecipratan Laba Perusahaan)

Di akhir tahun, Budi menghitung pembukuan. Ternyata, setelah bayar gaji karyawan, bayar sewa, dan semua biaya operasional, Kopi Senja masih menyisakan laba bersih Rp50 juta.

Budi sebagai pemilik 80% dan kamu sebagai pemilik 20% rapat. "Bro/Sis, untung kita kita apakan nih? Mau dipakai buka cabang lagi atau kita bagi-bagi?"

Kalian memutuskan, "Bagi-bagi aja!" Maka, kamu akan mendapatkan bagianmu: 20% dari Rp50 juta = Rp10 juta.

Uang "gaji" atau "bagi hasil" dari laba bersih perusahaan yang dibagikan ke pemilik saham inilah yang disebut Dividen. Ini adalah passive income yang sangat disukai investor jangka panjang.

Terus, Risikonya Apa? (Wajib Jujur)

Nah, ini yang membedakan saham dengan SBN. SBN itu "meminjamkan" uang ke negara, dijamin pasti kembali. Saham itu "memiliki" perusahaan.

Kalau jadi pemilik, risikonya kamu tanggung juga, kan?

1. Risiko Kerugian (Capital Loss) Bagaimana jika Kopi Senja ternyata salah strategi? Cabang barunya sepi. Persaingan makin ketat. Nilai perusahaan yang tadinya Rp100 juta, sekarang malah turun jadi Rp70 juta. Maka, nilai saham 20% milikmu yang tadinya Rp20 juta, sekarang nilainya ikut turun jadi Rp14 juta. Kamu rugi Rp6 juta (di atas kertas). Inilah yang disebut Capital Loss.

2. Risiko Tidak Dapat Dividen Jika Kopi Senja di akhir tahun ternyata tidak untung (impas) atau malah rugi, ya jelas tidak ada laba yang bisa dibagikan. Kamu tidak akan dapat dividen.

3. Risiko Likuidasi (Paling Seram) Ini risiko jika perusahaannya bangkrut total dan ditutup. Tentu saja, nilai sahammu bisa jadi nol. (Inilah mengapa pentingnya memilih perusahaan yang sehat).

Kesimpulan: Saham Itu High-Risk, High-Return

Sekarang kamu tahu bedanya.

  • SBN (Obligasi): Kamu jadi "kreditur" (yang ngasih utang). Risikonya rendah, untungnya pasti (dari kupon), tapi terbatas.

  • Saham: Kamu jadi "pemilik". Risikonya tinggi (bisa rugi), tapi potensi keuntungannya tidak terbatas (selama perusahaannya terus tumbuh).

Saham adalah instrumen investasi paling kuat untuk membangun kekayaan jangka panjang. Ini bukan "judi" jika kamu melakukannya dengan ilmu—yaitu, dengan memilih "Kopi Senja" yang bagus, sehat, dan punya masa depan cerah.

Di artikel selanjutnya, kita akan bahas di mana dan bagaimana cara membeli "sepotong" saham pertamamu.


Setelah tahu konsep ini, perusahaan besar apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu untuk "dimiliki"? Coba tulis di kolom komentar!

Posting Komentar